Hampir semua pabrikan sepeda
motor telah menerapkan teknologi injeksi pada produknya, hal ini dilakukan guna
memenuhi persyaratan pemerintah yang menerapkan EURO III sebagai standar
industri nasional. Regulasi ini mengakibatkan banyak perubahan secara teknis terutama
sistem pengkabutan, dan pengapian.
Karburator menjadi Throttle Body
System pengkabutan yang biasa
dikenal dengan nama karburator telah diganti dengan throttle body (TB). Hal
yang paling mencolok Pada TB yaitu tidak terdapat mangkuk penyimpan bahan bakar
seperti halnya mangkuk karbu, juga tidak terdapat jarum skep.
Bagian dari TB adalah:
- Venturi
- Butterfly valve
- TPS (throttle Position Sensor)
- Injector Housing
- Sub Throttle Actuator Valve ( tidak semua ada kecuali yang memiliki kapasitas silinder besar)
Sistem CDI menjadi TCI yang terintegrasi di dalam ECU atau ECM
Pada sistem CDI, koil menerima
sinyal langsung berupa arus Positif (+) dari Igniter, sedangkan negatif (-)
koil terhubung langsung dengan massa body (Ground).
Lain halnya pada motor dengan
sistem injeksi atau Fi, positif (+) koil terhubung langsung dengan Power
Ignition yang berasal dari baterai melalui kunci kontak, sedangkan negatif (-)
koil merupakan trigger yang diatur oleh ECU atau ECM. Dengan teknik ini
memungkinkan waktu pengapian dapat diatur dengan leluasa oleh ECU/ECM, sehingga
ignition timing atau waktu pengapian dapat berubah pada setiap putaran hal ini
dikenal dengan Variable Ignition Timing.
Variable Ignition Timing memiliki
maksud untuk menjaga agar mendapatkan waktu pengapian terbaik dalam setiap
siklus sehingga bahan bakar terbakar sempurna tanpa sisa, tenaga pun selalu
optimal. Ibarat pepatah Sekali dayung tiga pulau terlampaui.
- Hemat bahan bakar
- Tenaga optimal
- Emisi gas buang yang lebih bersih
Jarum Skep berubah menjadi Injector
Jarum nozzle pada
karbu dan Injector pada Fi memiliki fungsi sama yaitu menyemburkan kabut partikel
bahan bakar yang disemprotkan menuju
ruang bakar melalui Valve intake.
Injector bekerja oleh arus
trigger (-) dari ECU/ECM sedangkan plus (+) nya selalu on, kecuali kunci kontak
dimatikan.
Bahan bakar berasal dari tangki yang di tekan oleh Fuel Pump dengan tekanan tertentu.
Spuyer atau jetting menjadi Algoritma
Dalam karburator terdapat benda
yang disebut Main Jet, Pilot jet, dan Choke. Namun pada teknologi Fi benda
tersebut tidak ada lagi, digantikan oleh serangkaian program yang ditulis
dengan bahasa pemrograman yang di benamkan pada memori yang terdapat dalam
ECU/ECM yang diterjemahkan menjadi arus trigger minus (-) memerintahkan
injektor untuk menyemprot bahan bakar atau menghentikan semprotan secara detail
bahkan dengan debitnya juga.
Nah bagaimana dong kalo ingin
merubah ukuran debit bahan bakar? Kalo di karburator kan tinggal ganti spuyer
kalo di Fi gimana? Tenang… silahkan baca sampai tuntas.
Magnet yang tadinya satu tonjolan menjadi banyak tonjolan
Pada motor karburator dengan
sistem CDI biasanya magnet hanya memiliki satu tonjolan namun panjang tonjolannya
bervariasi, hal itu karena timing pada CDI hanya ada setidaknya empat area
yaitu
- Idle Area (langsam) 500 – 2000 RPM
- Advance Area 2000 – 4000 RPM
- High Area 4000 – 7000 RPM
- Limiter area > 7000 RPM
Namun pada teknologi Fi tonjolan
magnet berjumlah banyak secara merata melingkari keliling magnet namun pasti
ompong di satu titikl satu. Hal itu karena derajat pengapian selalu berubah di
setiap kondisi berbeda seperti yang sudah diulas diatas, dan ompongnya itu
adalah agar ECU/ECM mengetahui dimana posisi piston.
Kotak Igniter CDI bertransformasi menjadi ECU atau ECM
Igniter CDI hanya mengatur timing
pengapian sedangkan ECU/ECM (Electonic Control Unit/Electronic Control Modul)
mengontrol hampir keseluruhan sistem elektronik motor.
Injektor dan koil mendapat
perintah berbentuk arus trigger (-) dari ECU/ECM, sebelum memberikan perintah pada Injektor
dan Koil, ECU/ECM mendapatkan masukan terlebih dahulu dari berbagai sensor agar
perintah yang diberikan tepat sasaran, tepat sasaran disini yaitu agar injector
menyemprotkan bahan bakar dengan debit yang tepat pada berbagai kondisi dan
koil melentikan api dengan timing yang tepat pula.
Sensor – sensor yang memberi
masukan kepada ECU/ECM antara lain
TPS (Throttle Posisi Sensor)
TPS mendeteksi bukaan gas
yang digerakan oleh tangan pengendara dari selongsong gas. Tiap derajat bukaan
gas akan dibaca oleh TPS dan menginformasikan kepada ECU/ECM. Sinyal informasi
TPS berupa arus dengan tegangan 0 – 5 Volt dimana 0 volt merupakan kondisi gas
menutup dan 5 volt ketiga gas terbuka penuh atau gas poll. Kalo setengah gas ya
berarti diantara 0 – 5 volt tergantung derajat bukaan gasnya.
- CS (Crank Sensor)
Crankshaft Sensor
berbentuk mirip Pulser pada CDI namun CS memiliki tugas lebih yaitu menentukan
posisi piston dan mendeteksi setiap derajat putaran crankshaft yang dibantu
oleh tonjolan pada sekeliling magnet
MAF (Mass Air Flow) sensor
MAF sensor
dipasang pada intake sebelum TB (Throttle Body) yang berfungsi mencatat
kecepatan udara yang akan masuk pada Intake. Dengan adanya data kecepatan udara
dan dikombinasikan dengan ukuran diameter venturi pada data algoritma maka
ECU/ECM dapat mengetahui berapa banyak debit udara yang masuk kedalam ruang
bakar.
Tidak semua motor
Fi memiliki MAF sensor hal itu karena debit udara telah ditoleransi dan diatur
oleh algoritma didalam ECU/ECM.
Temperature Sensor
Dari namanya sudah
diketahui bahwa sensor ini berfungsi mendeteksi suhu mesin. Data dari sensor
ini dapat mengetahui apakah mesin membutuhkan “choke” ketika mesin dihidupkan
dalam kondisi dingin atau mesin dalam suhu kerja, bahkan dapat memberikan data
ketika mesin mulai mendekati over heat. Temperature sensor biasanya dipasang
pada silinder atau pada silinder head.
O2 Sensor
Sensor ini
terpasang pada bagian saluran exhaust pada silinder head atau bahkan dipasang
pada leher knalpot. O2 sensor berfungsi sebagai pendeteksi hasil gas buang,
yang bekerja membaca jumlah kandungan oksigen pada gas buang.
Jika oksigen
terdeteksi dalam jumlah banyak berarti gas buang memiliki emisi yang baik namun
jika oksigen terdeteksi dalam jumlah sedikit maka dapat dipastikan emisi gas
buang mengandung banyak gas lain selain
oksigen.
O2 Sensor ini
memberikan informasi kepada ECU/ECM sebagai acuan perlu tidaknya menambah debit
bahan bakar pada injector.
Motor yang
memiliki sensor O2 sensor menganut sistem Close Loop yaitu system dimana kandungan
emisi terus dikontrol oleh O2 sensor agar ECU/ECM terus memerintahkan injector menyemprot
dengan debit yang tepat. Sedangkan motor tanpa O2 sensor menganut system open
loop dimana O2 sensor tidak terpasang dan ditoleransi oleh algoritma ECU.
Perbandingan bahan
bakar dan udara pada proses pembakaran menentukan kandungan gas buang hal ini
dinamakan Air Fuel Ratio (AFR).
Speed Sensor
Sensor ini terpasang pada
poros roda depan atau pada poros Output Final Gear (gear depan). Sensor ini
membaca putaran roda berupa pulsa menuju ECU/ECM dan oleh ECU dikalkulasi
terhadap waktu (Time) menjadi satuan kecepatan dan menampilkan pada panel
control (Speedometer) data kecepatan ini juga digunakan oleh system algoritma
dalam menentukan waktu pengapian dan batas kecepatan (Ignition Timing and Speed
Limit).
Sensor-sensor diatas memberi
masukan data pada ECU/ECM, data tersebut diolah oleh system algoritma sebagai acuan ECU/ECM memberikan perintah pada
Injector dan koil, selain sensor diatas masih ada beberapa sensor yang
terpasang pada beberapa jenis motor yang memiliki sensor lebih lengkap seperti
: Gear position sensor, Bank Angle Sensor, Fuel Presure Sensor, Oil pressure Control
DLL
Kelengkapan sensor tergantung
jenis motor.
Control Panel atau biasa disebut Speedometer
Selain menampilkan putaran mesin
dan kecepatan, panel control juga menampilkan data yang diperlukan oleh
pengendara seperti suhu mesin, jarak tempuh, jam, dan kapasitas tangki bahan
bakar. Namun ada yang lebih penting yaitu Fi Indicator yang menampilkan informasi
failure sensor atau kerusakan sensor. Indicator tersebut berupa kedipan mil
atau kode huruf/angka. Dengan begitu pengendara akan mengetahui adanya
kerusakan/kegagalan sensor, agar segera diperbaiki.
Semua data yang ditampilkan panel
control merupakan informasi yang berasal dari ECU/ECM.
Nah mungkin tulisan diatas cukup untuk mengenal teknologi injeksi, untuk cara memodifikasi motor injeksi dapat di baca disini
No comments:
Post a Comment